Di era Internet, saat
ini segalanya bergerak sangat cepat, kompetisi sangat ketat, sehingga menuntut
setiap orang untuk bisa mengikuti perkembangan yang terjadi di era ini. Setiap orang tidak mungkin dapat hidup sendiri serta
mengurusi kebutuhannya tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Untuk itu setiap
orang harus bergabung dalam organisasi, baik didalam keluarga maupun kelompok
masyarakat yang lebih luas.
Sebelum menentukan
organisasi apa yang akan kita ikuti, sangat penting bagi kita untuk mendalami
hal-hal yang terkait dengan organisasi tersebut. Hal pertama, yaitu perilaku
organisasi, perilaku organisasi adalah bidang interdisipliner yang ditujukan
untuk memahami dan mengatur orang untuk bekerja lebih baik.
Perilaku organisasi
berorientasi pada aplikasi dan penelitian. Seseorang secara formal tidak
mendapat pekerjaan dalam perilaku organisasi kecuali untuk posisi sebagai
peneliti/pengajar. Sebaliknya, karena perilaku organisasi adalah sebuah
disipilin horizontal, konsep dan pelajaran perilaku organisasi dapat diterapkan
pada setiap pekerjaan, fungsi usaha, dan keahlian professional.
Selanjutnya, penting
bagi kita untuk mengetahui sifat dari manajer atau pemimpin dalam organisasi
tersebut. Penafsiran Scott Adams yang sinis sering kali benar. Sifat manajer
cenderung untuk bertindak berlawanan dengan pernyataan mereka bahwa sumber daya
manusia, adalah modal mereka yang paling penting. Pfeffer dan koleganya
menyalahkan sejumlah trend dan praktik manajemen modern. Contohnya, penekanan
yang tidak pantas pada keuntungan jangka pendek yang menghindarkan upaya jangka
panjang untuk mengembangkan sumber daya manusia.
Hal diatas adalah sifat
dari seorang manajer atau pemimpin yang tidak baik dan harus dihindarkan.
Sebab, manajer yang seperti itu hanya memikirkan keuntungan jangka pendek
dengan mengorbankan segala potensi yang ada didalam organisasi dan
mengesampingkan keuntungan jangka panjang yang boleh jadi jauh lebih
menguntungkan di bandingkan dengan keuntungan jangka pendek tersebut.
Sifat dari seorang
manajer berikut ini juga harus kita hindarkan, yakni pemecatan yang berlebihan,
ketika manajer melihat sumber daya manusia cenderung sebagai biaya daripada
sebagai asset, kepercayaan, janji, dan kesetiaan terkikis. Menurut pfeffer, hanya
12% organisasi sekarang ini yang memiliki pendekatan dan ketekunan yang
sistematis untuk dapat dikualifikasikan sebagai organisasi yang benar-benar
terpusat pada sumber daya manusia. Hal ini memberikan keuntungan yang
kompetitif bagi perusahaan tersebut.
Untuk itu, seharusnya
kita memilih organisasi dengan manajer yang memiliki kepribadian dan sifat
seperti, menjelaskan tujuan dan target bagi semua orang yang terkait, memberi
semangat untuk berpartisipasi, merencanakan dan mengatur arus kerja dengan teratur,
mempunyai pengalaman teknis dan administratif untuk menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan organisasi, mengendalikan segalanya tanpa merasa terkekang,
memberikan wewenang dan mendelegasikan tugas pokok kepada orang lain ketika
mewujudkan tujuan yang jelas dan berkomitmen yang kuat.
Didalam perilaku
organisasi terdapat pola pengembangan organisasi People-Centered and Skills
yang menggambarkan siklus 4-P tentang perbaikan yang saling terkait dan
terhubung, yakni Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PSDM), Produk, Proses dan
Produktivitas.
Hal-hal yang perlu
diusahakan dalam PSDM seperti pengembangan keterampilan yang dimiliki oleh
karyawan dan juga manajer, motivasi yang dimiliki oleh setiap individu dalam
organisasi, kerjasama yang harus diwujudkan dalam organisasi, kemandirian yang
terus berkembang dan diimbangi dengan tingkat stress dan kejenuhan yang
menurun.
Pada P yang kedua,
organisasi perlu menghasilkan produk yang dapat memuaskan pelanggan dengan
kualitas barang dan pelayanan yang terus ditingkatkan. Untuk Proses yang
terjadi perlu adanya kemajuan teknologi, fleksibilitas sistem, komunikasi dan
aliran informasi tentang organisasi juga harus ditingkatkan, administrasi yang
lebih sederhana dan efektif, pembelajaran organisasi serta pengambilan
keputusan yang bersifat partisipatif dan etis.
Produktivitas didalam
organisasi seperti mengurangi pemborosan dengan mengoptimalkan penggunaan
sumber daya yang ada seperti sumber
material, sumber daya manusia, sumber keuangan dan sumber informasi secara efisien
dan mengurangi pengulangan pekerjaan yang statis. Lebih jauh lagi, model 4-P
menekankan pentingnya perbaikan yang berkesinambungan disemua aspek usaha
organisasi untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan persaingan yang
kuat.
Setelah memahami
tentang Perilaku Organisasi (PO) sekarang kita akan beralih kedalam Budaya
Organisasi. Budaya Organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki,
diterima secara implisit oleh kelompok dan
menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi
terhadap lingkungannya yang beraneka ragam.
Definisi tentang Budaya
Organisasi diatas menyoroti tiga karakteristik budaya organisasi yang penting.
Pertama, budaya organisasi diberikan kepada para karyawan baru melalui proses
sosialisasi. Kedua, budaya organisasi mempengaruhi perilaku kita ditempat kerja
(didalam organisasi). Ketiga, budaya organisasi berlaku pada dua tingkat yang
berbeda. Masing-masing tingkat bervariasi dalam kaitannya dengan pandangan ke
luar dan kemampuan bertahan terhadap perubahan.
Untuk mencapai
pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana budaya organisasi dibentuk dan
digunakan oleh para karyawan, selanjutnya didalam tulisan ini akan membahas
tentang nilai-nilai organisasi sebagai dasar dari budaya organisasi.
Nilai-nilai organisasi termasuk didalamnya nilai pendukung dan nilai yang
diperankan.
Nilai pendukung
(espaused values) menunjukkan nilai-nilai yang dinyatakan secara eksplisit yang
dipilih oleh organisasi. Umumnya mereka dibentuk oleh pendiri perusahaan baru
atau kecil dan oleh tim top management
dalam sebuah perusahaan yang lebih besar. Sedangkan nilai-nilai yang diperankan
(enacted values) dapat diartikan sebagai nilai dan norma yang sebenarnya
ditunjukkan atau dimasukkan kedalam perilaku karyawan.
Mari kita melihat
perbedaan antara kedua tipe nilai diatas. Sebuah perusahaan mungkin mendukung
bahwa hal tersebut mengukur nilai integritas. Bila karyawan menunjukkan
integritas dengan menjalankan komitmennya, nilai pendukung dan nilai yang
diperankan serta perilaku individual dipengaruhi oleh nilai integritas.
Sebaliknya, bila para karyawan tidak menjalankan komitmen mereka, maka nilai
integritas hanya merupakan aspirasi yang tidak mempengaruhi perilaku.
Jarak antara espaused
dan enacted values bersifat penting karena dapat mempengaruhi sifat karyawan
dan budaya organisasi. Jelas sekali, bahwa espaused values akan sangat berarti
jika enacted values telah diterapkan. Dan enacted values dapat diterapkan
ataupun tidak setelah espaused values dibuat atau akan diukur.
No comments:
Post a Comment