PEREKONOMIAN
INDONESIA
SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI
NAMA :
1. ARRIS PRIYO UTOMO ( 21214681)
2. M. HAMDY NUGROHO
3. M. MUFID S (2C214855)
4. NUR AHMAD IHSANULLAH ( 28214128)
KELAS : 1EB06
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Perekonomian
Indonesia ini sebagai tugas kelompok Softskill. Tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada Dosen Pengantar Bisnis yaitu Ibu Eva Karla yang telah
membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun Makalah
ini.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Sektor Pertanian dan Industri di
Indonesia” yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Tugas ini disusun oleh
kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya Tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga
Tugas kami dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, pelajar umumnya, serta khususnya pada diri kami sendiri dan semua
yang membaca Tugas kami ini, dan mudah-mudahan juga dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami menyadari Makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan sebab tiada gading yang tak retak. Kami mohon untuk
saran dan kritik yang membangun demi lebih sempurnanya makalah ini. Terima
kasih.
Jakarta,
12 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.............................................................................................................i
Daftar Isi …………………................…………………..........………………...…ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang ..........................................................................................................1
1.2
Rumusan
masalah........................................................................................................2
1.3
Tujuan...........................................................................................................................2
Bab II Isi
A.
Sektor
Pertanian Indonesia
1.
Definisi Pertanian...........................................................................................................3
2. Kontribusi
Sektor Pertanian bagi Perekonomian Indonesia….……................4
3. Peranan Pertanian bagi Pendapatan Nasional……………….…………...............4
4. Kendala dalam Pengembangan Sektor Pertanian
di Indonesia……………................7
B. Pengertian
Nilai Tukar Petani (NTP)
1. Indeks
Harga yang Diterima Petani (It)…………………………….............……10
2. Faktor – factor
yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Petani……………….............11
3.
Rumus Menghitung Nilai Tukar Petani………………………………..….…......13
C.
Sektor Industri……………………………………………………….................13
D.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri
Manufaktur……………………..15
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
.................................................................................................................17
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sasaran utama pembangunan jangka
panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomi yang seimbang yaitu
terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh
kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh. Hal ini berarti bahwa antara sektor
pertanian (dan kehutanan) dan sektor industri diperlukan adanya keterkaitan
yang kuat baik keterkaitan kedepan maupun keterkaitan ke belakang dalam
mencapai tujuan masing-masing sektor tersebut. Adanya keterkaitan ini terlihat
dengan adanya perkembangan pengolahan hasil pertanian dan industri agro
(agroindustry). Agroindustri adalah suatu kegiatan lintas disiplin yang
memanfaatkan sumber daya alam (pertanian) untuk industri.
Transformasi struktural perekonomian
Indonesia menuju ke corak yang industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan
nuansa agraritasnya. Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi
empiris Bank Dunia menunjukkan, bahwa sukses pengembangan sektor industri di
suatu negara selalu diiringi dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan
berkelanjutan di sektor pertanian. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi
penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan
baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasil devisa.
Di banyak negara, sektor pertanian yang
berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pada
tahap pertama pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan
industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan
dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang sektor pertanian
(agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan
industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian diharapkan
dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang,
tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari sektor pertanian?
2.
Apa
yang dimaksud dengan nilai tukar petani?
3. Apa
pengertian dari sektor industri?
4. Bagaimana
hubungan antara sektor pertanian dan sektor industri di Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Untuk
mempelajari tentang pengertian
sektor pertanian.
2. Untuk
mempelajari tentang nilai tukar petani.
3. Untuk
mempelajari tentang pengertian sektor industri.
4. Untuk
mengetahui hubungan antara sektor Pertanian dan sektor Industri.
BAB II
ISI
A.
Sektor
Pertanian Indonesia
1. Definisi Pertanian
Menurut
A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian sebagai sejenis proses produksi
khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan.
Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian
usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting.
Sedangkan Mubyarto (1989; 16-17)
membagi definisi pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit.
Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian rakyat atau disebut
sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan (termasuk didalamnya
perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
Sebagaimana telah disebutkan di atas,
dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat. Pertanian
rakyat merupakan usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan
utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian), dan
tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan.
Dapat diambil
kesimpulan bahwa pertanian merupakan
kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
2.
Kontribusi Sektor Pertanian bagi Perekonomian Indonesia
Sektor pertanian
merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia. Sampai
tahun 1991 sektor pertanian menyumbang 17,66 persen terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional dan menyerap 49,24 persen tenaga kerja nasional. Di
samping itu sektor pertanian juga menyangga kehidupan sekitar 77,74 persen
penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, serta merupakan pendukung utama
sektor agroindustri dalam mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Sektor
pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa peranan, yang juga
tertuang dalam Program Repelita VI era Presiden Soeharto dahulu. Peranan sektor
pertanian bagi Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Mensejahterakan
petani
Sektor
pertanian merupakan sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani.
Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan
partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui
peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.
2.
Menyediakan
pangan
Peranan
klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan
bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah 220 juta jiwa.
Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatf murah, telah
memungkinkan biaya hidup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya
biaya hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan
dalam penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil meimilki peran yang besar
dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang erat kaitannya dengan stabilitas sosial,
ekonomi, dan politik.
3.
Sebagai
wahana pemerataan pembangunan
Pembangunan
pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik pembangunan
infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.
4.
Merupakan
pasar input bagi pengembangan agroindustri
Indonesia
mempunyai sumber daya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian
umumnya mudah busuk, banyak memakan tempat, dan musiman. Sehingga dalam era
globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengonsumsi nabati alami setiap saat,
dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka peranan
agroindustri akan dominan.
Dan
jika sektor pertanian terus ditingkatkan maka diharapkan sektor ini mampu
menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat,
meningkatkan daya beli rakyat, dan mampu melanjutkan proses industrialisasi.
5.
Menghasilkan
devisa
Sektor
pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu
subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas
karet, kopi, teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi
komoditas-komoditas tersebut adalah untuk diekspor.
Pada
lima tahun terakhir, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa
dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya mencapai US$ 4 milyar per tahun.
Sumbangan sektor pertanian terhadap pembangunan dan devisa negara ditentukan
oleh produktivitas dari sektor ini. Sumbangan terbesar sektor pertanian selama
PJP I (Pembangunan Jangka Panjang) adalah tercapainya swasembada pangan,
khususnya beras dalam tahun. Pada masa tersebut Indonesia mampu mengekspor
beras ke beberapa negara miskin sehingga dapat menambah devisa. Dampak
swasembada tersebut adalah meningkatnya pendapatan masyarakat, kualitas gizi,
serta penghematan devisa. Selain itu, swasembada pangan juga telah meningkatkan
kestabilan ekonomi nasional.
6. Menyediakan
lapangan pekerjaan
Sebagaimana
diterangkan di awal, sektor pertanian memiliki peran penting dalam menyerap
tenaga kerja. Di tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa angkatan
kerja pada tahun itu diserap oleh subsektor pertanian primer.
Lalu
subsektor perkebunan memberikan kontribusinya dalam pembangunan nasional.
Sampai tahun 2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini
diperkirakan mencapai 17 juta jiwa. Kontribusi dalam penyediaan lapangan
pekerjaannya pun mempunyai nilai tambah tersendiri, karena subsektor perkebunan
menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Dengan demikian,
selain menyediakan lapangan kerja subsektor perkebunan ikut mengurangi arus
urbanisasi.
7.
Peningkatan
pendapatan nasional
Berdasarkan
data yang diperoleh, subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang
mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin
dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi nilai
absolut berdasarkan harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari
sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada
tahun 2003, atau meningkat dengan laju sekitar 11,7% per tahun. Dengan
peningkatan tersebut, kontribusi PDB subsektor perkebunan terhadap PDB sektor
pertanian adalah sekitar 16%. Terhadap PDB secara nasional tanpa migas,
kontribusi subsektor perkebunan adalah sekitar 2,9% atau sekitar 2,6% PDB total.
Jika menggunakan PDB dengan harga konstan tahun 1993, pangsa subsektor
perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah 17,6%, sedangkan terhadap PDB
non migas dan PDB nasional masing-masing adalah 3,0% dan 2,8%.
8.
Mempertahankan
kelestarian sumber daya
Tidak
ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya akan beraneka ragam
sumber daya pertanian secara alami (endowment
factor). Maka dari itu, diharapkan dalam penggunaannya sumber daya ini
digunakan secara optimal dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumber daya
pertanian.
4. Kendala dalam Pengembangan Sektor Pertanian di Indonesia
Dalam pengembangan
sektor pertanian masih ditemui beberapa
kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan
agribisnis dan agroindustri. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian
khususnya petani skala kecil, antara lain:
Pertama, lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap
sumber permodalan. Salah satu faktor produksi penting dalam usaha tani adalah
modal. Secara umum pemilikan modal petani masih relatif kecil, karena modal ini
biasanya bersumber dari penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Untuk
memodali usaha tani selanjutnya petani terpaksa memilih alternatif lain, yaitu meminjam uang pada orang lain
yang lebih mampu (pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari
toko dengan perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti inilah yang
menyebabkan petani sering terjerat pada sistem pinjaman yang secara ekonomi
merugikan pihak petani.
Kedua, ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah.
Kesuburan tanah sebagai faktor produksi utama dalam pertanian makin menurun.
Permasalahannya bukan saja menyangkut makin terbatasnya lahan yang dapat
dimanfaatkan petani, tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku petani
dalam berusaha tani. Dari sisi lain mengakibatkan terjadinya pembagian
penggunaan tanah untuk berbagai subsektor pertanian yang dikembangkan oleh
petani.
Ketiga, terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi.
Usaha pertanian merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu.
Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai faktor produksi dan sarana
produksi yang merupakan faktor masukan produksi yang diperlukan dalam proses
tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Petani yang bertindak
sebagai manajer dan pekerja pada usaha taninya haruslah memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam penggunaan berbagai faktor masukan usaha tani, sehingga
mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi
usaha yang dilakukan.
Keempat, lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.
Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat, terutama
kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan panyaluran
inspirasi (bottom up) para anggotanya. Dalam pertanian, organisasi yang
tidak kalah pentingnya adalah kelompok tani. Selama ini kelompok tani sudah terbukti
menjadi wadah penggerak pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini dapat
dilihat dari manfaat kelompok tani dalam hal memudahkan koordinasi, penyuluhan
dan pemberian paket teknologi.
Kelima, kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya
manusia untuk sektor agribisnis. Petani merupakan sumberdaya manusia yang
memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha
tani, karena petani merupakan pekerja dan sekaligus manajer dalam usaha tani
itu sendiri. Ada dua hal yang dapat dilihat berkaitan dengan sumberdaya manusia
ini, yaitu jumlah yang tersedia dan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri.
Kedua hal ini sering dijadikan sebagai indikator dalam menilai permasalahan
yang ada pada kegiatan pertanian.
B.
Pengertian Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai
Tukar Petani merupakan salah satu indicator yang biasa digunakan untuk menilai
tingkat kesejahteraan petani di pedesaan pada tahun tertentu di bandingkan
dengan kondisi pada tahun dasar (Setiani, et-al, 2007). Nilai tukar
petani adalah salah satu indicator produksi untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan petani, sebagai persentase dari perbandingan indeks harga yang
diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (Karmiati, 2006).
Yang dimaksud dengan nilai tukar petani adalah perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dalam
persentase. Nila tukar petani juga merupakan suatu indikator yang digunakan
untuk mengukur tingkat kesejahteraan atau kemampuan daya beli petani (BPS, 2006).
Secara konsepsional nilai tukar petani adalah pengukur kemampuan tukar
barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa
yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi
produk pertanian.
Petani
adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi
usahatani pertanian, peternakan, perikanan termasuk penangkapan ikan, dan
pemungutan hasil laut (Hernanto,1991). Petani yang dimaksud disini adalah orang
yang mengusahakan usaha pertanian (tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan
rakyat) atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual, baik sebagai petani
pemilik maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil) (BPS, 2006). Harga
yang diterima petani adalah rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani
sebelum ditambahkan biaya transportasi atau pengangkutan dan biaya pengepakan
ke dalam harga penjualannya atau disebut Fram Gate (harga di sawah/ladang
setelah pemetikan). Pengertian harga rata-rata adalah harga yang bila dikalikan
dengan volume penjualan petani akan mencerminkan total uang yang diterima
petani tersebut.
Harga
yang dibayar petani adalah rata-rata harga eceran barang atau jasa yang dikonsumsi
atau dibeli petani, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri
maupun untuk keperluan biaya produksi pertanian. Pasar adalah tempat terjadinya
transaksi antara penjualan dan pembelian atau tempat yang biasanya terdapat
penawaran dan permintaan. Harga eceran pedesaan adalah harga transaksi antar
penjual dan pembeli secara eceran di pasar setempat untuk tiap jenis barang
yang dibeli dengan tujuan untuk dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual
kepada pihak lain.
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani
(It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
It
merupakan suatu indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi
pendapatan, sedangkan Ib dari sisi kebutuhan petani baik untuk konsumsi maupun
produksi.
Arti
Angka Nilai Tukar Petani
Secara
umum ada tiga macam pengertian
NTP,
yaitu:
·
NTP>100, berarti petani
mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar
dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari
pengeluaran nya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik
dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.
·
NTP = 100, berarti petani mengalami
impas/ break even. Kenaikan atau penurunan harga barang
produksinya sama dengan persentase kenaikan atau penurunan harga barang
konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.
·
NTP < 100, berarti petani
mengalami defisit. Kenaikan harga barang produksinya
relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya.
Tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode mengalami penurunan dibanding
tingkat kesejahteraan petani periode sebelumnya.
Arti
Penting Nilai Tukar Petani
Secara
teori, kesejahteraan petani akan meningkat apabila selisih antara hasil
penjualannya dan biaya produksinya bertambah besar, atau nilai tambahnya
meningkat. Jadi besar kecilnya nilai tambah petani ditentukan oleh besar
kecilnya nilai tambah petani ditentukan oleh besar kecilnya nilai tukar petani
(NTP). NTP ditunjukkan dalam bentuk rasio antara indeks harga yang diterima
petani, yakni indeks harga jual outputnya, terhadap indeks harga yang dibayar
petani, yakni indeks harga inputinput yang digunakan untuk bertani, misalnya
pupuk, pestisida, tenaga kerja, irigasi, bibit, sewa traktor, dan lainnya.
Berdasarkan rasio ini, maka dapat dikatakan semakin tinggi NTP semakin baik
profit yang diterima petani, atau semakin baik posisi pendapatan petani.
Nilai
tukar petani penting untuk diukur dan diketahui untuk menunjukkan keadaan
tingkat kesejahteraan petani, yang memberikan gambaran berapa besar tingkat
kemiskinan dan keberhasilan kebijakan pemerintah. Nilai tukar petani juga
penting sebagai pengukur kemampuan daya tukar sektor pertanian terhadap sector
non pertanian. Fluktuasi NTP menunjukkan fluktuasi kemampuan riil petani dan
mengindikasikan kesejahteraan petani.
2.
Faktor – factor yang Mempengaruhi Nilai
Tukar Petani (BPS, 2006):
1. Indeks
harga yang diterima petani (It). It digunakan untuk mengetahui fluktuasi harga
komoditas pertanian yang dihasilkan petani.
It
ini terdiri dari:
·
Indeks sub sektor tanaman bahan makanan
(TBM), yang terdiri dari indeks kelompok tanaman padi, indeks kelompok tanaman
palawija, indeks kelompok tanaman sayur-sayuran, dan indeks kelompok tanaman
buah-buahan.
·
Indeks sub sektor tanaman perkebunan
rakyat (TPR) dengan komoditi a.l. cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao,
karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kemiri, kina, kopi, lada, pala,
panili, tebu, tembakau, the, serta tanaman perkebunan lainnya).
2. Indeks
harga yang dibayar petani (Ib), digunakan untuk melihat fluktuasi harga
komoditas yang dikonsumsi oleh petani dan harga barang yang diperlukan untuk
memproduksi hasil pertanian, terdiri dari:
a. Indeks
kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) yang meliputi:
1) Indeks
sub kelompok makanan, yang meliputi: padi-padian dan penggantinya, yaitu:
·
daging, ikan dan unggas
·
susu, telur, dan minyak
·
sayur-sayuran
·
buah-buahan
·
kacang-kacangan
·
lain-lain bahan makanan dan minuman
2) Indeks
sub kelompok perumahan, yang meliputi:
·
biaya tempat tinggal
·
bahan bakar dan penerangan
·
alat-alat rumah tangga
·
lain-lain keperluan rumah tangga
3) Indeks
sub kelompok pakaian, yang meliputi:
·
pakaian jadi dan alas kaki
·
barang- barang pribadi
·
bahan pakaian
4) Indeks
sub kelompok barang dan jasa, yang meliputi:
·
perawatan kesehatan
·
perawatan pribadi
·
pendidikan
·
tembakau dan rokok
·
lain-lain
b. Indeks
Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM), yang meliputi:
·
Indeks sub kelompok:
(1)
bibit
(2) pupuk dan obat-obatan
(3)
sewa hewan atau tenaga
·
Indeks sub kelompok upah, yang meliputi
upah buruh
·
Indeks sub kelompok lainnya, misalnya
pengeluaran untuk kebutuhan lainnya.
·
Indeks sub kelompok penambahan barang
modal
3.
Rumus Menghitung Nilai Tukar Petani
Rumus
untuk penghitungan Nilai TukarPetani (NTP) adalah (BPS, 2006) :
Keterangan:
NTP
: Nilai tukar petani
It
: Indeks harga yang diterima petani
Ib
: Indeks harga yang dibayar petani.
C. Sektor
Industri
Keputusan
Indonesia untuk membuat pertanian menjadi landasan perencanaan pembangunan
negara memang tidak sejalan dengan kebijaksanaan konvensional. Di tengah
penekanan pembangunan pertanian itu tentu saja pemerintah sadar sepenuhnya
bahwa Indonesia tidak bisa terus menerus bergantung pada pertanian untuk
menjadi negara modern. Pada akhir decade enam puluhan, ketika pemerintah Orba
meluncurkan rencana pembangunan ekonominya, sebagian besar literature dalam
bidang ekonomi mengidentikkan pembangunan dengan industrilisasi. Hal ini
terlihat lebih nyata lagi misalnya dalam penanaman negara yang sudah mencapai
standar hidup yang tinggi bagi penduduknya sebagai negara industry. Meskipun
Indonesia telah mengadopsi kebijakan yang mendahulukan pertanian, tim ekonomi
negara tetap punya komitmen besar terhadap industrilisasi sebagai sebuah pilar
bagi strategi pembangunan ekonomi negara. Mereka juga sadar bahwa program yang
keliru untuk mencapai industrilisasi secara terburu-buru bisa menjadi boomerang
yang menyebabkan disalokasi ekonomi, investasi terbuang percuma, dan
penghamburan kekayaan negara yang langka.
Bukti statistic
darai zaman Sukarno terlalu sedikit dan masih kacau sehingga sukar untuk
memperkirakan keadaan industrilisasi Indonesia pada masa tersebut. Namun
demikian, bukti yang tersedia mengisyaratkan bahwa pada masa permulaan Orba,
Indonesia termasuk negara yang paling rendah tingkat industrilisasinya diantara
negara-negara sedang berkembang yang besar.
Memandang ke
belakang, akhir decade Sembilan puluhan, saat Indonesia mulai menjadi negara
industry baru (NIC, Newly Industrialized Country), orang bisa dengan
mudah berpikir bahwa kita telah berhasil. Namun, dalam prosesnya, kita
kadang-kadang membuat kesalahan yang membawa kepada jalan buntu. Ada banyak
pengalaman berharga yang kita peroleh terutama pada tahun-tahun awal.
Pengalaman-pengalaman ini bisa disarikan sebagai berikut :
1.
Proteksionisme
(baik untuk menopang industry yang baru berkembang maupun untuk keperluan
pemerataan bagi kelompok tertinggal) bisa berperan penting dalam pembangunan
ekonomi, hanya bila proteksi ini dilaksanakan dengan tujuan yang terdefinisi
dengan jelas dan masa penerapannya dibatasi.
2.
Sukses
kebijakan industry tak lepas dari terpeliharanya nilai tukar mata uang yang
realistis
3. Strategi
ekonomi harus bersifat fleksibel dan realistis, sehingga dapat diubah sesuai
dengan perkembangan situasi, dan bila perlu dihentikan kalau sudah kadaluwarsa.
Karakteristik
Industri Indonesia
Sector industry Indonesia dibagi menjadi empat
klasifikasi, yaitu :
1.
Industry rumah
tangga
2.
Industry kecil
3.
Industry
menengah
4.
Industry besar
D.
Keterkaitan
Pertanian dengan Industri Manufaktur
Jika
mau berkaca dari negara yang telah lebih dahulu maju dibanding dengan
Indonesia, pada awalnya mereka (negara-negara maju) menitikberatkan pembangunan
perekonomian mereka pada sektor pertanian untuk kemudian dikembangkan dan
beralih perlahan-lahan menjadi sektor industri. Perubahan ini tidak berlangsung
secara tiba-tiba melainkan dengan serangkaian proses yang panjang dan tentunya
pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik sebagai penyedia bahan baku maupun
modal untuk membangun industri.
Berkaca
pada krisis yang telah terjadi, proses industrialisasi yang
didengung-dengungkan pemerintah kurang mendapat moment yang tepat. Pada
akhirnya Indonesia yang direncanakan akan menjadi negara industri-dalam waktu
yang tidak lama lagi, tidak terwujud hingga saat sekarang ini.
Melihat
kenyataan itu, sudah seharusnya kita memutarbalikkan kemudi ekonomi untuk
mundur selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan dengan disiplin setiap
proses yang terjadi. Yang terpenting yaitu harus dapat dipastikan bahwa sektor
pertanian mendapat prioritas dalam proses pembangunan tersebut. Mengingat,
sampai dengan saat ini negara-negara maju pun tidak dapat meninggalkan sektor
pertanian mereka, hingga kalau sekarang kita coba melihat sektor pertanian
sekelas negara maju, sektor pertanian mereka mendapat proteksi yang besar dari
negara dalam bentuk subsidi dan bantuan lainnya.
Ada
beberapa alasan (yang dikemukakan oleh Dr.Tulus Tambunan dalam bukunya
Perekonomian Indonesia) kenapa sektor pertanian yang kuat sangat esensial dalam
proses industrialisasi di negara Indonesia, yakni sebagai berikut :
1. Sektor pertanian
yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin dan ini merupakan salah satu
prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan
ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik. Ketahanan pangan
berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin kestabilan sosial dan politik.
2. Dari sisi permintaan
agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat pendapatan rill
per kapita disektor tersebut tinggi yang merupakan salah satu sumber permintaan
terhadap barang-barang nonfood, khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia,
dimana sebagaina besar penduduk berada di pedesaan dan mempunyai sumber
pendapatan langsung maupun tidak langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor
ini merupakan motor utama penggerak industrialisasi.
3. Dari sisi penawaran,
sektor pertanian merupakan salah satu sumber input bagi sektor industri yang
mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif.
4. Masih dari sisi
penawaran, pembangunan yang baik disektor pertanian bisa menghasilkan surplus
di sektor tersebut dan ini bisa menjadi sumber investasi di sektor industri,
khususnya industri berskala kecil di pedesaan.
Melihat
hal itu, sangat penting untuk kita saling bersinergi dalam meningkatkan
produktivitas pertanian. Pemerintah-dalam hal ini pemangku kebijakan, membuat
regulasi yang memiliki tujuan yang selaras dengan cita-cita bersama,
menganggarkan dana untuk pengembangan pertanian, memberikan pengetahuan dengan
jalan memberdayakan tenaga penyuluh pertanian agar dapat membantu petani dengan
maksimal.
Bank
dalam hal ini penyedia dana publik dapat lebih bersahabat dengan petani, agar
keterbatasan dana dapat teratasi dengan bantuan bank sebagai penyedia dana
dengan bunga yang kecil, perguruan tinggi sangat penting untuk mengadakan
penelitian-penelitian yang masiv dan dapat diaplikasikan langsung untuk
meningkatkan produktivitas pertanian, swasta diharapkan dapat menginvestasikan
modal mereka untuk membuat pabrik-pabrik pengolahan produk-produk pertanian
kita sehingga ketika kita ingin memasarkannya ke luar (ekspor) maka kita akan
dapat menghasilkan pendapatan lebih (karena nilai yang lebih tinggi) dan
tentunya masyarakat (petani) sebagai subjek dapat dengan benar-benar serius
dalam menjalankan setiap program yang diberikan pemerintah (dengan asumsi
program yang dibuat oleh pemerintah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
oleh petani).
Ketika hal ini berjalan
dengan baik, maka kita dapat meningkatkan produk-produk pertanian kita sejalan
dengan peningkatan industri manufaktur yang membutuhkan bahan baku yang
kita produksi dari para petani-petani kita. Maka dari itu, peningkatan
pendapatan para petani akan berkorelasi positif terhadap meningkatnya
kesejahteraan petani dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
BAB III
PENUTUP
Bahwa perkembangan perekonomian
Indonesia dalam sector pertanian maupun sector industri mengalami peningkatan
maupun penurunan dalam tahun 1986-2011. Kedua sector tersebut saling berkaitan
dalam perkembangan perekonomian Indonesia, karena sector pertanian
menunjang sector industry dan sebaliknya.
Dalam
pelaksanaannya, pengembangan sektor industri akan dilakukan secara sinergi dan
terintegrasi dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti pertanian,
pertambangan, kehutanan, kelautan, perdagangan, pendidikan, riset dan teknologi
dan sebagainya. Konsep daya saing internasional merupakan kata kunci dalam
pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi sektoral maka
sinergi dengan seluruh pelaku usaha serta seluruh pemerintah daerah merupakan
hal yang sangat penting. Untuk itu, dukungan aspek kelembagaan yang mengatur
tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor industri baik secara
sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan
keberhasilan pembangunan sektor industri yang di cita-citakan.
DAFTAR PUSTAKA