Saturday 15 April 2017

The Brother Land


Pada tulisan kali ini, saya akan sedikit menceritakan tentang sebuah pasar grosir yang cukup besar di daerah jakarta, yaitu tanah abang... Tanah abang adalah salah satu pasar grosir yang menjadi pilihan cukup banyak masyarakat jabodetabek untuk berbelanja dengan jumlah yang cukup banyak dengan maksud untuk mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan ditempat lain. Hari itu saya pergi ke tanah abang bersama abi, umi dan kedua adik saya untuk menemani padeh dan budeh yang sedang berkunjung ke rumah kami. Karena budeh tahun ini akan melaksanakan ibadah haji, maka kami menemani beliau untuk membeli perbekalan sekaligus oleh-oleh yang akan dibagikan kepada tetangga sekitar rumah, hal ini dimaksudkan agar budeh lebih khusyu’ dalam melaksanakan ibadah haji nanti tanpa harus repot-repot mencari oleh-oleh yang akan dibagikan kepada tetangga.

Bagi saya pribadi, ketika datang ke tanah abang, saya merasa kondisi jalanan dan parkir kurang tertata rapih, bagaimana tidak? Saya ingin memarkirkan mobil yang kami bawa, tetapi juru parkir mengarahkan untuk memarkir melintang dari arah arus jalannya kendaraan. Hal itu dapat membuat kemacetan yang cukup parah didaerah tersebut, maka tak heran jika melewati daerah tanah abang adalah kemacetan yang akan dirasakan. (mohon maaf saya juga mengambil andil dalam memberikan kemacetan itu)

Sebelum masuk ke gedung tanah abang itu sendiri, di sepanjang pinggiran jalan telah banyak toko-toko kecil yang menjual berbagai keperluan bagi jamaah haji ataupun kebutuhan rumah seperti karpet, sajadah, kurma, minyak wangi, dll. Kami mampir ke beberapa toko untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan. Tak terasa waktu menunjukkan hampir jam 12, maka abi memerintahkan kami untuk pergi kemasjid terlebih dahulu sebelum melanjutkan acara belanja hari itu. Selepas shalat, akibat rasa haus yang melanda, umi membelikan kami buah-buahan yang sudah dipotong seukuran untuk dimakan oleh satu orang. Saya memutuskan untuk tidak ikut melanjutkan belanja, sehingga saya langsung pergi ke mobil bersama kedua adik saya lengkap dengan buah-buahan yang telah dibeli.

Sesampainya saya dan kedua adik dimobil, saya langsung menyalakan mesin mobil dan memakan buah-buahan tersebut sambil menunggu abi, umi, padeh dan budeh selesai berbelanja. Setelah mereka selesai belanja, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang kerumah. Kondisi jalan yang cukup macet membuat saya sudah merasa lelah melihatnya.

Kurang dari satu minggu, abi meminta saya untuk menemaninya pergi ke tanah abang, sebab ada barang yang akan dibeli untuk dihadiahkan kepada temannya, untuk menghindari terjebak lalu lintas yang padat, saya meminta abi untuk membawa motor saja, abi pun menyetujuinya, akhirnya kami berangkat ke tanah abang. Sesampainya di tanah abang, saya langsung memarkikan motor saya di pinggir jalan, dimana banyak motor-motor yang telah terparkir terlebih dahulu, kemudian abi dan saya langsung menuju ke blok B untuk membeli barang yang sudah diniatkan untuk dihadiahkan kepada teman abi. Selepas selesai berbelanja, saya dan abi pun melanjutkan perjalanan pulang.

Tulisan kali ini, saya maksudkan untuk berbagi cerita tentang perjalanan ke tanah abang dan rasa saran untuk berhati-hati yang lebih dengan kondisi tanah abang yang padat untuk menjaga barang berharga dan juga anggota keluarga yang masih membutuhkan pengawasan, selain itu agar pemprov dki jakarta ataupun pihak yang berwenang di daerah tersebut untuk lebih menertibkan lagi kondisi jalanan disana. Selain itu saya berharap juga agar lahan parkir yang legal disediakan tanpa membuat masyarakat yang berkunjung kerepotan untuk mengaksesnya. Semoga bermanfaat.

 

Pengalaman pertama, datang ke "rumah duka"


Malam ini baru saja saya menemani Abi untuk mengunjungi sebuah rumah sakit di daerah Cikini, perjalanan yang tidak memakan waktu yang cukup lama itu akhirnya sampai pada tempat yang dituju. Setelah mengambil karcis parkir, saya langsung mengarahkan mobil sesuai dengan petunjuk jalan yang bertuliskan “rumah duka”. Setelah sampai di tempat tersebut, saya melihat sudah banyak orang yang berada ditempat itu, segera Abi dan adikku turun dari mobil, kemudian ku lanjutkan untuk mencari lokasi parkir. Setelah memparkirkan mobil, saya kembali ke lobby tempat Abi dan adikku turun sebelumnya. Tujuan kami datang ke tempat ini adalah untuk memberika bela sungkawa secara langsung atas meninggalnya salah satu staff Abi. Sebelum kami masuk ke ruangan utama tempat mayat tersebut diletakkan, kami disambut oleh staff Abi yang lain sambil berbincang sebentar sebelum masuk ke ruangan utama.

Isak tangis terdengar dari dalam ruangan utama, kami pun akhirnya masuk ke ruang utama, ku lihat sebuah jasad telah terbaring kaku didalam sebuah peti lengkap dengan pakaian rapih yang dikenakan oleh jasad yang terbaring dipeti tersebut. Abi ku tanpa membuang waktu yang lama, langsung mendatangi keluarga sang mayat dan memberikan ucapan bela sungkawa dan sedikit kata2 yang mungkin bisa membuat keluarga yang ditinggal lebih sabar lagi. Setelah selesai memberikan ucapan bela sungkawa, Abi langsung keluar dari ruang utama dan sekaligus berpamitan untuk pulang.

Satu hal yang membuatku sedih saat mendatangi tempat tersebut adalah sang mayat tidak beriman kepada Allah SWT saat mengakhiri hidupnya di dunia ini, dimana kehidupan dunia menjadikan patokan untuk hidup yang abadi kelak di akhirat, innalillahi wa innailaihirajiun... sungguh musibah yang sangat besar ketika seseorang meninggal dunia tanpa ada iman kepada Allah SWT. Semoga kita selalu mendapatkan hidayah dari Allah agar dapat selalu menjalankan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya serta istiqamah dalam mengamalkan-Nya.

 

Tugas Bahasa Inggris II (Softskill) Materi Bulan Kedua


Task of English Business II (SoftSkill) on  Month