SIAPKAH KOPERASI DI INDONESIA
MENGHADAPI ERA GLOBALISASI
Indonesia
adalah salah satu negara yang berada di Asia Tenggara yang tergabung kedalam
organisasi ASEAN. Organisasi yang beranggotakan 10 negara (Indonesia, Thailand,
Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan
Kamboja) memiliki pandangan terbuka, hidup dalam perdamaian, stabilitas dan
kemakmuran, serta terikat bersama dalam kemitraan dalam pembangunan yang
dinamis.
Untuk
itu, pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN telah bersepakat untuk membangun
suatu masyarakat ASEAN pada tahun 2020, namun dalam implementasinya para
pemimpin Negara anggota mempertegas komitmennya dan memutuskan untuk
mempercepat pembentukan masyarakat ASEAN pada tahun 2015.
Program
ini akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan dengan
mengurangi biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan
bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UMKM. Disinilah peran koperasi
digunakan untuk menghadapi era globalisasi seperti MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN). Yang menjadi persoalan apakah koperasi khususnya di Indonesia siap
menghadapi era globalisasi.
Jika
kita lihat data statistik tentang perkoperasian di Indonesia, sedikitnya
terdapat 62 ribu koperasi yang sudah tidak aktif. Dengan kondisi koperasi yang
seperti ini, sudah dipastikan koperasi tidak dapat bertahan di era globalisasi,
bahkan koperasi yang dijadikan salah satu penguat perekonomian nasional dapat
terbawa arus perkembangan dan tetap seperti ini tanpa menyeimbangi era
globalisasi.
Menurut
Menteri Koperasi dan UKM, semua negara ASEAN tahu bahwa Indonesia memiliki
potensi pasar terbesar, sehingga semua akan berupaya merebutnya. Untuk itu,
Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga ini mengatakan, Kementerian Koperasi dan UKM
kini menyiapkan tiga hal agar usaha Koperasi dan usaha dalam negeri tetap mampu
bersaing. Pertama adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pelaku UMKM
terutama lewat pelatihan-pelatihan. Kedua, bagaiman kita harus focus
meningkatkan kelembagaan koperasi. Ketiga, memberikan fasilitas pembiayaan,
kalau bunga perbankan tinggi kita akan sulit menghadapi MEA ini.
Dalam kenyataan sekarang ini peran koperasi sebagai pilar
ekonomi bangsa semakin mencemaskan jika dibandingkan dengan badan usaha lainnya.
Apalagi pada era globalisasi sekarang ini peran koperasi semakin dipertanyakan
masyarakat, apakah koperasi mampu mempertahankan jati dirinya sebagai pilar
ekonomi rakyat? Apakah koperasi yang memiliki cita-cita mulia menyejahterakan
masyarakat dapat terealisir? Bagaimana prospek koperasi Indonesia ke depan dan
bagaimana tantangannya?
Untuk itu kita berharap koperasi dapat bangkit dari
keterpurukannya sesuai keyakinan Menteri Koperasi dalam membenahi
perkoperasian. Era globalisasi membuat koperasi dapat membantu negeri ini dalam
reformasi di bidang ekonomi dan keuangan. Sektor usaha kecil dan koperasi harus
menjadi yang utama bagi pemerintah dalam membangun ekonomi bangsa menuju era
globalisasi dengan beberapa strategi.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh koperasi
agar siap menghadapi era globalisasi antara lain. Pertama, cara pandang dalam
pengelolaan koperasi harus diubah dan dikembangkan, agar koperasi memiliki daya
saing sekaligus menjadi daya tarik bagi anggota dan masyarakat. Kedua, koperasi perlu diarahkan pada prinsip pengelolaan
secara modern dan aplikatif terhadap perkembangan zaman, dengan kata lain perlu
adanya perbaikan terhadap pengelolaan manajemen dan organisasi. Ketiga,
masyarakat harus percaya dan sepakat bahwa tujuan pendirian koperasi
benar-benar untuk menyejahterakan anggotanya. Untuk itu, dalam penjabaran visi
dan misi serta program kerja harus di sampaikan dengan jelas agar menumbuhkan
kesadaran dalam diri setiap anggota.
Dalam perkembangannya, koperasi di Indonesia baru-baru
ini telah masuk ke kelas dunia seperti Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) dan
Koperasi Telkom, koperasi ini berhasil memasuki 300 koperasi kelas dunia di
seluruh dunia. Menteri Koperasi dan UKM meyakini bahwa kedepan akan ada lagi
koperasi di Indonesia yang masuk di jajaran tersebut. Misalnya, Kospin Jasa
Pekalongan yang CSR-nya saja sudah mampu membangun sebuah rumah sakit mewah.
Hal diatas menunjukkan persiapan koperasi untuk
menghadapi era globalisasi sekaligus koperasi ingin bangkit dari keterpurukannya.
Dimana pada awalnya tidak ada satupun koperasi Indonesia yang dapat menembus
300 koperasi sekelas dunia.
Dengan menumbuhkan minat masyarakat untuk menjadi anggota
koperasi, membenahi internal koperasi, serta menonaktifkan koperasi yang sudah
tidak aktif beroperasi menurut saya itu adalah langkah awal yang sangat jitu
untuk membuat koperasi di Indonesia agar lebih siap menghadapi era globalisasi.
Sebab koperasi juga harus bersaing dengan lembaga-lembaga lain, seperti
misalnya di dalam negeri, koperasi harus mampu bersaing dengan minimarket yang
berkembang dan menyebar di seluruh pelosok negeri yang dapat berpengaruh bagi
perkembangan koperasi itu sendiri.
Jadi menurut saya, koperasi akan mampu menghadapi era
globalisasi dengan catatan koperasi mau membenahi internalnya serta bantuan
dari Menteri Koperasi untuk membubarkan koperasi yang sudah tidak aktif
beroperasi, karena koperasi harusnya bukan hanya tertera pada papan nama atau
hanya ada pada stempel saja, tetapi harus ada sebuah usaha didalamnya yang
bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Akan tetapi jika koperasi tidak mengambil
langkah dini untuk menghadapi era globalisasi, saya beropini koperasi tidak
akan mampu bertahan di era globalisasi. Pengurus koperasi juga harus lebih
mandiri dalam mengembangkan koperasinya agar dapat beradaptasi di era
globalisasi dan tidak terlalu mengandalkan kebijakan yang diberikan oleh
kementerian koperasi, sehingga kedepannya dapat terwujud koperasi-koperasi yang
tangguh dan mandiri, dengan begitu pemerintah dapat mengalokasikan dana yang
awalnya untuk membantu usaha koperasi digunakan untuk kepentingan yang lebih urgent lagi.
Sumber :