Tuesday 17 November 2015

Kesiapan Koperasi Hadapi Globalisasi

SIAPKAH KOPERASI DI INDONESIA
MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Indonesia adalah salah satu negara yang berada di Asia Tenggara yang tergabung kedalam organisasi ASEAN. Organisasi yang beranggotakan 10 negara (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja) memiliki pandangan terbuka, hidup dalam perdamaian, stabilitas dan kemakmuran, serta terikat bersama dalam kemitraan dalam pembangunan yang dinamis.
Untuk itu, pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN telah bersepakat untuk membangun suatu masyarakat ASEAN pada tahun 2020, namun dalam implementasinya para pemimpin Negara anggota mempertegas komitmennya dan memutuskan untuk mempercepat pembentukan masyarakat ASEAN pada tahun 2015.
Program ini akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan dengan mengurangi biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UMKM. Disinilah peran koperasi digunakan untuk menghadapi era globalisasi seperti MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Yang menjadi persoalan apakah koperasi khususnya di Indonesia siap menghadapi era globalisasi.
Jika kita lihat data statistik tentang perkoperasian di Indonesia, sedikitnya terdapat 62 ribu koperasi yang sudah tidak aktif. Dengan kondisi koperasi yang seperti ini, sudah dipastikan koperasi tidak dapat bertahan di era globalisasi, bahkan koperasi yang dijadikan salah satu penguat perekonomian nasional dapat terbawa arus perkembangan dan tetap seperti ini tanpa menyeimbangi era globalisasi.
Menurut Menteri Koperasi dan UKM, semua negara ASEAN tahu bahwa Indonesia memiliki potensi pasar terbesar, sehingga semua akan berupaya merebutnya. Untuk itu, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga ini mengatakan, Kementerian Koperasi dan UKM kini menyiapkan tiga hal agar usaha Koperasi dan usaha dalam negeri tetap mampu bersaing. Pertama adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pelaku UMKM terutama lewat pelatihan-pelatihan. Kedua, bagaiman kita harus focus meningkatkan kelembagaan koperasi. Ketiga, memberikan fasilitas pembiayaan, kalau bunga perbankan tinggi kita akan sulit menghadapi MEA ini.
Dalam kenyataan sekarang ini peran koperasi sebagai pilar ekonomi bangsa semakin mencemaskan jika dibandingkan dengan badan usaha lainnya. Apalagi pada era globalisasi sekarang ini peran koperasi semakin dipertanyakan masyarakat, apakah koperasi mampu mempertahankan jati dirinya sebagai pilar ekonomi rakyat? Apakah koperasi yang memiliki cita-cita mulia menyejahterakan masyarakat dapat terealisir? Bagaimana prospek koperasi Indonesia ke depan dan bagaimana tantangannya?
Untuk itu kita berharap koperasi dapat bangkit dari keterpurukannya sesuai keyakinan Menteri Koperasi dalam membenahi perkoperasian. Era globalisasi membuat koperasi dapat membantu negeri ini dalam reformasi di bidang ekonomi dan keuangan. Sektor usaha kecil dan koperasi harus menjadi yang utama bagi pemerintah dalam membangun ekonomi bangsa menuju era globalisasi dengan beberapa strategi.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh koperasi agar siap menghadapi era globalisasi antara lain. Pertama, cara pandang dalam pengelolaan koperasi harus diubah dan dikembangkan, agar koperasi memiliki daya saing sekaligus menjadi daya tarik bagi anggota dan masyarakat. Kedua, koperasi perlu diarahkan pada prinsip pengelolaan secara modern dan aplikatif terhadap perkembangan zaman, dengan kata lain perlu adanya perbaikan terhadap pengelolaan manajemen dan organisasi. Ketiga, masyarakat harus percaya dan sepakat bahwa tujuan pendirian koperasi benar-benar untuk menyejahterakan anggotanya. Untuk itu, dalam penjabaran visi dan misi serta program kerja harus di sampaikan dengan jelas agar menumbuhkan kesadaran dalam diri setiap anggota.
Dalam perkembangannya, koperasi di Indonesia baru-baru ini telah masuk ke kelas dunia seperti Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) dan Koperasi Telkom, koperasi ini berhasil memasuki 300 koperasi kelas dunia di seluruh dunia. Menteri Koperasi dan UKM meyakini bahwa kedepan akan ada lagi koperasi di Indonesia yang masuk di jajaran tersebut. Misalnya, Kospin Jasa Pekalongan yang CSR-nya saja sudah mampu membangun sebuah rumah sakit mewah.
Hal diatas menunjukkan persiapan koperasi untuk menghadapi era globalisasi sekaligus koperasi ingin bangkit dari keterpurukannya. Dimana pada awalnya tidak ada satupun koperasi Indonesia yang dapat menembus 300 koperasi sekelas dunia.
Dengan menumbuhkan minat masyarakat untuk menjadi anggota koperasi, membenahi internal koperasi, serta menonaktifkan koperasi yang sudah tidak aktif beroperasi menurut saya itu adalah langkah awal yang sangat jitu untuk membuat koperasi di Indonesia agar lebih siap menghadapi era globalisasi. Sebab koperasi juga harus bersaing dengan lembaga-lembaga lain, seperti misalnya di dalam negeri, koperasi harus mampu bersaing dengan minimarket yang berkembang dan menyebar di seluruh pelosok negeri yang dapat berpengaruh bagi perkembangan koperasi itu sendiri.
Jadi menurut saya, koperasi akan mampu menghadapi era globalisasi dengan catatan koperasi mau membenahi internalnya serta bantuan dari Menteri Koperasi untuk membubarkan koperasi yang sudah tidak aktif beroperasi, karena koperasi harusnya bukan hanya tertera pada papan nama atau hanya ada pada stempel saja, tetapi harus ada sebuah usaha didalamnya yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Akan tetapi jika koperasi tidak mengambil langkah dini untuk menghadapi era globalisasi, saya beropini koperasi tidak akan mampu bertahan di era globalisasi. Pengurus koperasi juga harus lebih mandiri dalam mengembangkan koperasinya agar dapat beradaptasi di era globalisasi dan tidak terlalu mengandalkan kebijakan yang diberikan oleh kementerian koperasi, sehingga kedepannya dapat terwujud koperasi-koperasi yang tangguh dan mandiri, dengan begitu pemerintah dapat mengalokasikan dana yang awalnya untuk membantu usaha koperasi digunakan untuk kepentingan yang lebih urgent lagi.


Sumber :

1 comment: