Baru
– baru ini Indonesia sedang dihadapi oleh masalah kabut asap yang menyelimuti
beberapa kota besar di Indonesia. Kabut asap tebal dari kebakaran hutan telah
menyelimuti sebagian Kalimantan selama seminggu terakhir, mempengaruhi
kota-kota besar seperti Palangkaraya, ibukota Kalimantan Tengah, dan mengancam
penerbangan di daerah tersebut.
Kalimantan
dikenal karena hutan hujan dan satwa liar, serta kabut tahunan dari kebakaran
diatur untuk membersihkan lahan untuk penanaman. Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) mengatakan pada Jumat bahwa total 26 hot spot, atau daerah
dalam pencitraan satelit yang mengindikasikan suhu tinggi dan kemungkinan api,
ditemukan di seluruh wilayah. Menurut BMKG, delapan titik panas itu ditemukan
di dekat Palangkaraya pada Jumat, turun dari 40 pada Selasa.
Dikatakan
jumlah titik panas yang ditemukan setiap hari berubah karena faktor seperti
kecepatan suhu, curah hujan, kelembaban dan angin dan arah. Pada hari Rabu,
tidak ada titik panas terdeteksi dekat Palangkaraya setelah hujan turun di kota
semalam. Erni, seorang pejabat di Bandara Kota Tjilik Riwut, mengatakan kepada
Jakarta Globe pada hari Jumat bahwa kabut itu tidak memiliki dampak signifikan
pada operasi di bandara. "Kabut tebal telah melalui hari ini, khususnya di
siang hari," katanya. "Tapi sejauh bandara telah mampu beroperasi
secara normal."
Erni
mengatakan kabut itu sangat buruk pada Selasa, ketika beberapa penerbangan
ditunda hingga dua jam. "Tapi kondisi menjadi lebih baik pada Rabu ketika kita
mengalami hujan," kata dia. BMKG sebelumnya telah memperingatkan bahwa
sebagai puncak musim kemarau mendekati pada Juli dan Agustus, saat suhu tinggi,
kelembaban rendah dan angin kencang yang umum, tersedak kabut dari kebakaran
hutan dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Kementerian
Lingkungan Hidup mengatakan pelatihan pemerintah daerah dan anggota masyarakat
untuk menanggapi kebakaran. Jika kebakaran untuk keluar dari kendali,
bagaimanapun, mengatakan akan bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengelola masalah.
Para ahli telah mengatakan bahwa kabut tahunan dari kebakaran di Kalimantan dan Sumatera adalah masalah yang berlanjut karena hutan terus dibakar sebagai metode pembukaan lahan murah. Praktek ini ilegal tetapi penegakan telah miskin, sebagian karena kurangnya penegakan hukum di daerah terpencil dan daerah luas tanah yang terlibat.
Para ahli telah mengatakan bahwa kabut tahunan dari kebakaran di Kalimantan dan Sumatera adalah masalah yang berlanjut karena hutan terus dibakar sebagai metode pembukaan lahan murah. Praktek ini ilegal tetapi penegakan telah miskin, sebagian karena kurangnya penegakan hukum di daerah terpencil dan daerah luas tanah yang terlibat.
Dampak
Negatif Kabut Asap
Kebakaran
hutan akibat kelalaian manusia di beberapa kota besar di Indonesia berbuntut
masalah yang panjang. Pembakaran hutan yang disengaja itu menyebabkan bencana
kabut asap yang melanda Indonesia. Ribuan kubik kabut asap kini telah
menyelimuti beberapa kota besar seperti Jambi, Riau, Palembang, dan sebagian
kota di Pulau Kalimantan. Bahkan, kini kabut asap tersebut telah menyebrang ke
negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Kabut
asap yang memenuhi udara itu sudah melewati ambang batas normal bahkan sudah
membuat udara menjadi sangat beracun. Menurut Tengku Ariful Amri, seorang pakar lingkungan dari Universitas Riau, kabut asap yang disebabkan oleh
pembakaran hutan lebih berbahaya dibandingkan dengan asap rokok. Hal ini
terjadi karena kabut asap mengandung seratus kali zat karsionogenik yang
berbahaya. Zat – zat seperti karbon dioksida, dan metana bisa menyebabkan
berbagai macam penyakit mematikan bagi manusia.
Bencana
kabut asap ini telah menimbulkan kerugian yang amat sangat dahsyat di
masyarakat. Setidaknya ada tiga dampak negatif yang disebabkan oleh kabut asap
hasil dari pembakaran hutan ini, diantaranya adalah merusak lingkungan,
mengganggu kesehatan manusia, dan melemahkan ekonomi.
Kabut
asap mengandung partikel – partikel yang sangat halus dan mudah terbawa oleh
angin. Partikel – partikel tersebut akan menempel pada pepohonan dan dedaunan
sehingga menyebabkan kerusakan fauna. Selain itu, partikel tersebut juga akan
mencemari sumber – sumber air seperti sungai danau dan sumur sehingga tidak
layak untuk dikonsumsi oleh manusia.
Bahkan
menurut seorang ahli dari BMKG, partikel asap dapat terbang tinggi hingga
mencapai awan hujan dan mengendap di dalamnya. Akibatnya, partikel tersebut
akan mencemari hujan yang dihasilkan oleh awan tersebut. Disamping itu, awan
yang telah tercemari tersebut akan menimbulkan hujan asam yang sangat berbahaya
bagi kelangsungan makhluk hidup
Selain
menghasilkan partikel – partikel yang sangat halus, kabut asap juga memproduksi
partikel – partikel yang berukuran sedang. Partikel tersebut akan melayang –
layang di udara sehingga terhirup oleh manusia. Zat – zat karsionogenik
tersebut menyebabkan berbagai macam penyakit, diantaranya adalah iritasi pada
mata, bronchitis dan ISPA.
Saat
ini rumah sakit di daerah - daerah yang dilanda kabut asap, khusunya Riau,
dipenuhi oleh pasien – pasien penderita ISPA, penyakit insfeksi pernafasan
akut. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan bakteri yang terbawa oleh asap
sehingga secara langsung terhirup oleh manusia. Akibatnya, pasien penderita
mengalami kesulitan dalam bernafas bahkan bisa membawa mereka kepada kematian.
Dampak
terakhir yang ditimbulkan oleh kabut asap ini adalah melemahnya perekonomian.
Hal ini dikarenakan partikel – partikel asap hasil dari kebakaran hutan dan
lahan tidak mampu terhembus oleh udara yang bertiup normal karena mengandung
zat yang cukup berat. Akibatnya,
ruang udara menjadi tertutupi sehingga membatasi jarak pandang manusia. Saat
ini jarak padang yang bisa dilihat oleh manusia hanya mencapai 5 meter saja. Ha
ini mengganggu aktifitas lalu lintas baik darat, laut, maupun udara sehingga
segala hal yang menyangkut perekonomian menjadi terhenti.
Berdarkan
penjabaran – penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembakaran hutan
akibat ulah manusia menyebabkan kabut asap yang sangat merugikan seperti
merusak lingkungan, membahayakan kesehatan, dan mematikan laju roda
perekonomian. Maka dari itu, harus ada tindakan nyata untuk menghentikan
masalah ini agar negeri kita bisa terbebas dari bencana kabut asap ini.
No comments:
Post a Comment